
seiring berkurangnya pemakai Bahasa Jawa sebagai bahasa tutur. Pembelajaran Aksara Jawa sebagai materi dalam kurikulum Bahasa Jawa memiliki porsi terbatas. Porsi Aksara Jawa yang terbatas ini mengingat begitu banyaknya kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Kompetensi pemahaman Aksara Jawa memerlukan proses yang panjang. Kenyataan di lapangan menunjukkan pembelajaran Aksara Jawa di sekolah tidak dapat berjalan dengan maksimal, sehingga penguasaan siswa dalam kompetensi membaca Aksara Jawa juga sangat terbatas.
Siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik dikarenakan siswa menyukai materi yang diberikan oleh guru. Materi yang diberikan guru akan direspon baik oleh siswa jika guru dalam menyampaikannya sangat menarik. Penyampaian guru dalam pembelajaran dapat menarik apabila didukung dengan menggunakan media pembelajaran yang menyenangkan. Media pembelajaran yang mendukung pembelajaran membaca Aksara Jawa salah satunya media Web Pojok Ngayogyakarta.
Media Web Pojok Ngayogyakarta merupakan media yang terhubung pada jaringan internet. Pojok Ngayogyakarta sendiri merupaka icon sekolah berbasis budaya SMA Negeri 2 Bantul yang diwujudkan dengan replika tugu pal putih Yogyakarta. Tugu pal putih merupakan ciri khas kota Yogyakarta. Tugu pal putih tidak lepas dari sejarah berdirinya Kraton Yogyakarta karena merupakan sumbu filosofi yang menghubungkan antara Laut Selatan-Panggung Krapyak-Kraton Yogyakarta-Tugu Pal Putih-Gunung Merapi. Pojok Ngayogyakarta digunakan untuk memasang barcoding materi-materi yang ada di dalam Web Pojok Ngayogyakarta. Penggunaan Web Pojok Ngayogyakarta adalah dengan melakukan scan barcoding pada barcode yang telah ditempel di sekitar replika tugu pal putih atau disebut Pojok Ngayogyakarta.
Pembelajaran Aksara Jawa di sekolah saat ini masih mengalami banyak kendala. Salah satunya adalah kendala dalam pembelajaran membaca Aksara Jawa. Kendala-kendala pembelajaran membaca Aksara Jawa antara lain:
- Penggunaan Aksara Jawa di lingkungan sekolah hanya kita jumpai pada papan nama ruang kelas, kop surat dinas sekolah, gerbang sekolah, dan lain-lain. Media bacaan siswa sehari-hari adalah Aksara Latin. Bacaan-bacaan beraksara Jawa masih sedikit. Siswa zaman sekarang lebih senang berselancar dengan telepon pintar untuk memperoleh bacaan, sedangkan bacaan-bacaan beraksara Jawa di internet masih rendah.
- Program kegiatan literasi membaca di sekolah lebih banyak pada kegiatan membaca bacaan Aksara Latin. Pemahaman tentang manfaat membaca Aksara Jawa masih kurang. Apersepsi yang diberikan guru ketika pembelajaran masih rendah, hanya sebatas menanyakan kabar dan presensi siswa.
- Faktor siswa tidak hafal dengan wujud Aksara Jawa bisa jadi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: a) guru kurang menguasai materi pembelajaran Aksara Jawa, b) siswa malas belajar Aksara Jawa. Guru yang kurang menguasai materi pembelajaran Aksara Jawa sering kali hanya menyampaikan materi Aksara Jawa apa adanya. Kurangnya penguasaan materi bisa jadi disebabkan karena guru enggan belajar. Perkembangan zaman membuat siswa malas belajar Aksara Jawa. Siswa justru cenderung mempelajari aksara-aksara orang lain, seperti aksara hangul, aksara kanji, aksara hanzi, dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena pengenalan Aksara Jawa kepada siswa masih kurang.
- Metode pembelajaran masih monoton sehingga siswa malas bahkan enggan mengikuti pembelajaran Aksara Jawa, khususnya pembelajaran membaca Aksara Jawa. Metode pembelajaran guru juga kurang memotivasi siswa dalam belajar. Metode pembelajaran tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Guru dalam mengajarkan Aksara Jawa sebatas menuliskan Aksara Jawa di papan tulis lalu siswa disuruh maju untuk membaca. Guru juga sering memberikan kertas berisi bacaan beraksara Jawa, lalu siswa disuruh membaca didepan kelas. Metode lain, yaitu guru berdiri di depan kelas, memberikan bacaan beraksara Jawa lalu siswa diminta untuk membaca, siswa lain mendengarkan.
- Media pembelajaran yang digunakan guru masih tradhisional, sehingga siswa tidak tertarik dengan pembelajaran membaca Aksara Jawa. Guru hanya mengandalkan media tradhisional yang telah ada, seperti kartu aksara, gambar dinding aksara dan lain-lain. Penggunaan media pembelajaran tradhisional ini dikarenakan guru gagap teknologi. Guru enggan untuk berlatih membuat media pembelajaran berbasis IT. Guru mempunyai pemikiran bahwa yang terpenting adalah bertemu dengan siswa, melakukan proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran, tujuan pembelajaran tercapai. Tanpa disadari hal itu membuat siswa jenuh.
Media pembelajaran berbasis IT yang digunakan adalah media berbasis Word Elektrik Browser (Web) Pojok Ngayogyakarta.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di zaman sekarang sangat diperlukan. Memanfaatkan bukan sekedar menggunakan namun mengintegrasikan sebagai bagian sistem pembelajaran sehingga harus memiliki arah atau tujuan. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ini juga memilihi tujuan untuk membuat kegiatan pembelajaran lebih efisien dan efektif. Zaman sekarang guru harus bisa memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang kekinian. Salah satunya melalui Web.
Web merupakan salah satu istilah dalam dunia internet. Web kependekan dari Word Elektrik Browser. Website merupakan sebuah tempat dalam World Wide Web dimana homepage sebuah organisasi atau individual berada. Adanya Web sangat mempermudah dalam mencari informasi baik dari dalam maupun luar negeri. Web juga dapat digunakan sebagai media dalam kegiatan pembelajaran. Terobosan media pembelajaran membaca Aksara Jawa melalui Web Pojok Ngayogyakarta.
Web Pojok Ngayogyakarta dibuat sebagai icon sekolah berbasis budaya SMA Negeri 2 Bantul. Web Pojok Ngayogyakarta merupakan media untuk mengenalkan budaya yang ada di Provinsi Yogyakarta. Web Pojok Ngayogyakarta mewadahi 4 kabupaten dan 1 kotamadya yang ada di provinsi Yogyakarta. Pengenalan budaya seperti upacara tradisi, kesenian tradisi, makanan tradisional, tanaman khas Yogyakarta, busana adat, desa budaya, dan lain-lain. Pengenalan budaya melalui Web ini ditulis menggunakan bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Jawa yang dialihtuliskan menjadi Aksara Jawa. Isi Web Pojok Ngayogyakarta dikemas dengan sistem barcode. Pengguna tinggal men-scan barcode menggunakan telepon pintar untuk membaca materi beraksara Jawa. Penggunaan Aksara Jawa ini sebagai media untuk membantu kelancaran siswa dalam membaca Aksara Jawa. Web Pojok Ngayogyakarta juga dapat digunakan untuk proses kegiatan pembelajaran bahasa Jawa di luar ruangan/ kelas.
Web Pojok Ngayogyakarta dapat digunakan untuk proses kegiatan pembelajaran bahasa Jawa di luar ruangan/ kelas. Proses kegiatan pembelajaran yang menyenangkan tidak hanya dilakukan di dalam kelas, namun bisa dilakukan di luar ruangan/ kelas. Pembelajaran di luar kelas membuat siswa tidak jenuh, justru cenderung menyenangkan karena suasana yang berbeda. Siswa juga lebih banyak mendapatkan info tentang budaya dari Web Pojok Ngayogyakarta.
Adanya Web Pojok Ngayogyakarta menjadikan siswa lebih senang belajar membaca Aksara Jawa. Siswa dapat belajar sambil bermain. Siswa dapat mengetahui informasi yang berkaitan dengan budaya melalui bacaan beraksara Jawa. Siswa dapat mengisi waktu senggang dengan mencari informasi budaya sekaligus belajar membaca Aksara Jawa.