Bangunan Kantor Pos Besar pada masa kolonial Belanda bernama Post, Telegraaf en Telefoon Kantoor. Bangunan tersebut dirancang oleh Departemen Pekerjaan Umum pemerintahan Hindia Belanda yaitu Burgerlijke Openbare Werken (BOW) tahun 1910 dan mulai dibangun pada tahun1912. Dari sejak pertama kali dibangun hingga sekarang, bangunan ini berfungsi sebagai kantor pos. Kondisinya masih terawat dengan baik.
Bangunan ini bercorak indis. Ciri-ciri bangunan indis yang tampak yaitu pada bagian atas bangunan terdapat nok acretorie (kemuncak di sudut atap) dan lucarne (jendela kecil di kemiringan atap). Lucarne berfungsi sebagai hiasan dan ventilasi untuk aliran udara di dalam ruang dalam atap (Sumalyo,1993: 231). Bangunan ini juga memiliki kekhasan pada bukaan yang berada di fasadnya. Bukaan di kantor pos ini ada dua jenis, yaitu bukaan persegi panjang dan bukaan setengah lingkaran. Bukaan tersebut berfungsi untuk memasukkan sinar matahari ke dalam bangunan tersebut.
Denah bangunan kantor pos besar berbentuk tapal kuda, menerapkan konsep arsitektur transisi. Perubahan gaya arsitektur pada zaman transisi atau peralihan (antara tahun 1890 sampai tahun 1915), dari gaya arsitektur Indische Empire Style (abad 18 dan 19) menuju arsitektur kolonial modern (setelah tahun 1915) sering terlupakan. Kantor Pos Besar Yogyakarta adalah salah satu karya arsitektur transisi yang masih berdiri. Sampai saat ini bangunan tersebut masih berfungsi sebagai kantor pos dengan nama Kantor Pos Besar Yogyakarta. Letaknya berada di simpul jejalur jalan poros di ”titik nol kilometer” menjadikan bangunan Kantor Pos merupakan penanda penting (landmark) Kota Yogyakarta.