
Oleh : Ki SARIDAL, S.Pd. - Guru SDN Tukangan
I. PENDAHULUAN
Berangkat dari kegalauan dan keprihatinan para pemimpin bangsa, menyaksikan sepak terjang anak-anak negeri saat ini banyak yang jauh dari harapan dan cita-cita luhur para pahlawan. Anak-anak banyak yang tidak mengenal budayanya sendiri, mereka lebih akrab dengan budaya yang lebih modern. Orang jawa prihatin karena "bocah Jawa ilang Jawane" anak dari jawa tak lagi kenal dengan kejawaannya. Bagaimana dengan yang Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Irian, Maluku, NTT, NTB dan Saudaraku di seluruh pelosok negeri ini?
Padahal banyak yang meyakini bahwa budaya kita penuh makna, kaya akan nilai pendidikan yang memiliki andil dalam membentuk manusia yang berkepribadian luhur, Iyus.1990 mengatakan bahwa Pengenalan nilai nilai seni sebaiknya dimulai sejak dini,sehingga pengalaman akan keindahan yang ditimbulkan sejak kanak-kanak akan sesuai dengan harkat kemanusiaan yang dimiliki yakni Cipta, Rasa dan Karsa. Selain itu dengan landasan spiritual yang dilapisi oleh rasa seni, siswa dapat mencapai kedewasaan yang merupakan modal utama dalam membentuk manusia pembangunan yang mampu membangun dirinya sendiri.Prof. DR.Timbul Haryono menyatakan melalui tembang dan lagu dolanan anak (permainan Tradisional) dapat mempertajam anak dalam berolah rasa berbasis tradisi, yang erat kaitannya dengan kepekaan sosial,lingkungan dan dapat menanmkan budi pekerti serta kebersamaan sesuai kultur masyarakat.
Dalam kenyataannya anak-anak saat ini hidup di era globalisasi era milenial, dimana jarak dunia semakin dekat, jaman yang serba cepat yang menumbuhkan budaya instan, budaya yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan emosi masyarakatnya. Budaya ini merambah ke semua aspek baik politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Celakanya budaya instan juga merambah pada dunia pendidikan kita, anak-anak dipacu untuk belajar, belajar dan belajar. Mereka dibebani dengan bertumpuk-tumpuk ilmu pengetahuan dan tehnologi yang harus segera diserap, diketahui dan dikerjakan. Di sekolah sudah lelah pulang sekolah masih harus ikut les, menambah pelajaran di luar sekolah mengikuti kehendak orang tuanya.
Tanpa disadari hal yang demikian telah merampas kemerdekaan sang anak menikmati masa kecilnya. Mereka tak lagi memiliki waktu luang untuk bergaul, bermain dan bergembira dengan teman sebaya dalam lingkungan tempat tinggalnya karena ambisi orang tuan akibat budaya instannya. Memang setiap orang tuaselalu menghendaki agar anaknya kelak menjadi manusia yang lebih berhasil dari dirinya baik sukses lahiriah dan batiniah. Mereka menginginkan agar anaknya menjadi pribadi dewasa yang percayadiri, pintar, berani, riang, terampi dan cakap serta bermental kuat.
Kita bersama BTKP berusaha menumbuhkan insan yang kelak akan menjadi pilar-pilar pelestari budaya bangsa yang memiliki kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Mengembalikan kemerdekaan sang anak dengan memperkenalkan permainan tradisional yang pernah ada yang masih relevan untuk anak- anak. Kita kumpulkan Permainan Tradisional dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan seluruh pelosok negeri tercinta ini mari kita dhudhah. Kita unggah agar tidak punah sebagai pertanggungjawaban kita pada generasi pendahulu kita sebagai bekal pada anak cucu bahwa dulu pernah ada, kita juga punya "Permainan Tradisional Indonesia". Jangan sampai kita baru bicara setelah diklaim mancanegara, baru ngomong setelah ada yang nyolong, baru eling setelah digondhol maling. Jangan heran saat ini banyak orang luar negeri pandai menari, main gamelan, jadi sinden, jadi dalang tapi bagaimana dengan si empunya budaya?
II. KARAKTER BANGSA
Manusia pada hakekatnya bukan hanya produk budaya teapi juga pencipta kebudayaan yang dapat merancang suatu strategi kebudayaan bagi masa depannya menuju kehidupan bersama yang lebih berkeadaban, (Jogja Semesta 012). Kalau generasi yang lalu memiliki budaya adiluhung generasi kita masih adakah yang akan kita wariskan pada anak cucu kita? Mereka bisa menjadi pelaku budaya sekaligus penikmat bagaimana dengan kita? Dalam SISDIKNAS pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan bertujuan untuk menyiapkan generasi muda yang beriman dan bertaqwa kepada TuhanYang Maha Esa,cinta tanah air dan bangsa, berjiwa luhur, berbudaya, menjadi teladan, rela berkorban, kreatif dan inovatif serta profesional dengan menjunjung tinggi 18 ( delapan belas ) nilai luhur budaya yakni kejujuran, kerendahan hati, ketertiban/kedisiplinan, kesusilaan, kesopanan/kesantunan, kesabaran, kerjasama, toleransi, tanggung jawab, keadilan, kepedulian, percaya diri, pengendalian diri, integritas, kerja keras, keuletan/ketekunan, ketelitian, kepemimpinan dan ketangguhan.
Karakter adalah sifat utama yang terukir dalam pikiran, sikap, perilaku maupun tindakan yang melekat menyatu dengan diri seseorang yang membedakan satu orang dengan yang lainnya. Oleh karena pendidikan krakter perlu diberikan sejak anak usia dini bahkan ada yang mengatakan dimulai sebelum lahir melalui sikap dan tingkah laku orang tuanya. Orang jawa dengan pantangan–pantangan tertentu yang harus diikuti oleh orang tuanya, dengan doa dan harapan anaknya kelak menjadi anak yang berwatak baik, sholeh, berbakti pada orangtua, berguna bagi orang lain nusa bangsa dan agama.
Seiring dengan perkembangan anak yang mulai mengenal alam dan lingkungannya alangkah bijaknya apabila orang tua mendekatkan diri anak dengan budaya lingkungannya, terutama yang bermakna untuk masa depannya. Perdengarkan mereka dengan musik daerah, ajaklah menikmati pertunjukan daerah, ajaklah melihat proses latihan sebuah pertunjukan, srawungkanlah dengan tatakrama pergaulan, kenalkanlah dengan Permainan Tradisional yang semuanya akan turut andil dalam pembentukan karakter anak.
III. PERMAINAN TRADISIONAL
Bermain adalah kodrat anak, seyogyanya jangan dirampas kemerdekaan dan hak anak-anak untuk bermain, Sosialisasikan permainan tradisional sejak usia dini maka anak akan terbentuk kepribadiannya sehingga mengenal unggah-ungguh, tatakrama yang akan bermuara pada budi pekerti luhur.
Ki Hadi sukatno menyatakan: "Lare punika nedheng remen-remenipun dolanan, upaminipun keplok-keplok miturut iramaning lagu, lenggak-lenggok,megal-megol, mlampah baris rampak miturut pecaking suku, nirokaken ( anggantha ) wujud lan obahing kewan, lompatan, jengklekan, lan solah bawa sanesipun". Anak itu baru senang-senangnya bermain dengan bertepuk tangan menurut irama lagu, berlenggang-lenggok, bergoyang pinggul, berjalan, berbaris, menurut langkah kaki menirukan bentuk dan gerakan hewan, melompat, berjingkrak dan gerakan yang lainnya.
Permainan tradisional merupakan hasil cipta karya manusia yang ditakdirkan sebagai makhluk tertinggi dengan akal dan pikirannya yang berbeda dengan makhluk lain sehingga didaulat menjadi penguasa dunia oleh Tuhannya. Manakala manusia masih menyatu dengan alam, dekat dengan kholiq, belum terkontaminasi dengan globalisasi tehnologi, mereka masih memiliki waktu luang untuk bercengkerama dengan alam berdialog dengan Tuhan lewat mahakarya jagad raya maka permainan tradisional itu tercipta. Menciptakan permainan tradisional tak semudah yang kita bayangkan, kita tidak tahu siapa yang membuat dan kapan dibuat.Mereka tidak mengharapkan pengakuan dari pihak manapun, kepuasan batin semata imbalannya. Jika masih hidup mereka akan tersenyum bangga manakala di era modern ini masih ada insan yang peduli, dan melihat anak negeri ini melestarikan permainan tradisi.
Oleh karena itu sudah sepantasnya kita sebagai generasi pewaris dan penerus melierkan permainan tradisional kepada anak didik kita mari kita buat mereka tersenyum di alam sana. Kita tahu benar: "Ajining diri gumantung obahing lathi, Ajining sarira gumantung rengganing busana,Ajining bangsa gumantung budaya". Diri kita dihargai karena lidah, badan kita dihargai karena busana, bangsa kita dihargai karena budayanya.
Berdasarkan maksud dan tujuannya Permainan tradisional dibedakan :
- Permainan yang bersifat menirukan perbuatan orang dewasa, misalnya pasaran, mantenan, dayoh dayohan, tukang-tukangan, dokter dokteran, sopir, pilot, masinis, guru, polisi dan profesi yang lain
- Permainan yang mencoba kekuatan , ketangkasan dan kecepatan misalnya: balapan,tarik-menarik,gulat, julung, kejar-kejaran, jethungan, sepak sekong, gobag sodor, jalu kabruk, blarak sempal,thik pil,dingklik oglak- aglik, gamparan, oncit, kucing-kucingan,jeg-jegan,betengan, kasti, hake ula banyu, gangsingan, egrang, theklek, engklek, sunda manda, yeye, uding, dll.
- Permainan melatih panca indera misalnya, gatheeng,dakon, macanan, simbar suru, simbar mnuk, sambel dulit, cublak suweng,undi, hompimpah, hompingsut, gotri, bethet thing thong, dempo, kubuk, lurahan, dekepan, jihtengan, dll.
- Permainan latihan bersastra atau berbahasa, misalnya: cangkriman, bedhekan, parikan, dongeng, dll.
- Permainan dengan lagu dan irama, misalnya: jamuran, kidang talun, jaranan, tokong tokong, lindri, jago kate, cempa, menthog-menthog, sur kulonan, kamid, kursi jebol, lepetan, iwak emas, wayah esuk, kethut candu, wulung, aku kancil, jiro, dll.
Nilai–nilai yang terkandung dalam permainan anak tradisional
- Kesenangan dan Hiburan.
Dunia anak identik dengan bermain, ungkapan rasa gembira, kesenangan dan hiburan. Tidak ada anak yang tidak suka bermain mereka tidak mau karena tidak tahu, dan tidak dikenalkan oleh orang tuanya, tak kenal maka tak sayang. Rasa senang yang ada pada si anak turut andil dalam perkembangan mental anak. Dalam bermain mereka akan merasakan suasana senang, gembira , bebas dari segala beban tugas, dan bebas dari rasa tertekan - Kebebasan
Bermain biasanya dilakukan untuk mengisi waktu luang, mereka bebas berekspresi menjadi bagian dari permainan tersebut, atau puas dengan menjadi penonton. - Pertemanan
Permainan tradisional merupakan sarana yang ampuh untuk menjalin hubungan dengan teman sebaya, sehingga kehadirannya akan berarti bahkan selalu dinantikan. - Sportivitas
Dalam bermain anak-anak sangat menjunjung sportivitas meskipun peraturan tidak tertulis, berupa kesepakatan - Tanggung jawab
Dalam permainan tradisional anak dituntut bertanggung jawab terhadap peraturan dan tindakan yang dilakukannya,baik secara individu maupun kelompok. - Kepatuhan
Dalam permainan ada peraturan yang disepakati setiap peserta bertanggung jawab untuk mematuhinya. - Kreativitas
Permainan anak merupakan proses kreatifitas yang didalamnya anak muncul produk kreativitas pribadi maupun kelompok.masing- masing permainan ada keunikan yang merupakan manivestasi dari kreativitas individu. - Demokrasi
Dalam bermain setiap anggota menpunyai kedudukan yang sama tidak membedakan status sosial bahkan sering lintas gender. - Solidaritas
Setiap peserta kelompok wajib membantu, saling menolong, menjaga keutuhan kelompok untuk memperoleh kemenangan. - Keberanian
Keberanin menentukan keberhasilan dalam bermai. - Olah fisik
Permainan tradisional mendorong anak untuk berkembang secara fisik dengan otot yang terlatih. - Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat berpengaruh dalam kelompok terutama untuk mengatur strategi.
Dalam kenyataannya permainan tradisional kurang mendapat tempat pada usia pendukungnya hal itu dipengaruhi oleh :
- Kurangnya kepedulian generasi sebelumnya untuk memberikan kesempatan bermain pada anak.
- Meningkatnya popularitas tontonan di Televisi dan Game di HP.
- Maraknya berbagai permainan anak dari luar negeri dengan harga yang terjangkau.
- Meluasnya permainan elektronika yang telah merambah seluruh lapisan masyarakat.
- Menyempitnya lahan bermain anak.
Daftar Pustaka :
-
Iyus, Rusliana. 1990. Pendidikan seni tari Untuk SD. Bandung : Angkasa
-
Sukatno, hadi. 1970. Ayo Nembang. Yogyakarta : PKMM.
-
Sri, Ahimsa – Heddy.1999. Permainan Anak Tradisional di Jawa dan Tantangan dalam Era Kesejagatan. Yogyakarta : Makala