Yogyakarta merupakan daerah istimewa yang dijuluki sebagai pusat kesenian, pusat pendidikan, dan pusat kebudayaan adiluhung Jawa. Di tempat inilah beragam jenis kesenian tumbuh. Kesenian tradisional, kesenian modern, maupun kesenian yang memadukan keduanya berkembang pesat di Yogyakarta. Kantong-kantong kesenian yang tersebar di berbagai pelosok Yogyakarta merupakan konsekuensi sosiologis dari hidupnya jejaring kebudayaan di Yogyakarta.
Kraton sebagai pusat kebudayaan, memberi dampak positif terhadap perkembangan seni budaya Yogyakarta. Kesenian adiluhung dapat hidup berdampingan dengan kesenian rakyat yang terus bermunculan seiring dinamika masyarakat Yogyakarta. Tari klasik merupakan salah satu karya terbaik hasil penciptaan kesenian adiluhung. Dari dalam Kraton, tidak terhitung lagi karya tari maestro yang telah diciptakan sejak masa pemerintahan Sultan Agung.
Tari Serimpi merupakan sebuah tarian klasik dari Yogyakarta. Tarian ini ditampilkan oleh empat orang penari wanita yang cantik dan anggun. Kata serimpi itu sendiri berarti empat.
Namun ada juga Serimpi yang ditarikan oleh lima penari yaitu pada Serimpi Renggowati. Selain berarti empat, istilah serimpi juga dikaitkan dengan kata 'impi' yang berarti mimpi. Maksudnya, seseorang yang melihat tarian ini mungkin akan merasa seperti berada di alam mimpi. Pertunjukkan tarian Serimpi biasanya berlangsung selama 3/4 jam sampai I jam.
Komposisi empat penari mewakili empat mata angin, timur, selatan, barat dan utara. Juga empat unsur dunia, meliputi grama (api), angin (udara), toya (air), dan bumi (tanah).
Tari klasik ini awalnya hanya berkembang di Kraton Yogyakarta. Menurut kepercayaan, Serimpi adalah seni yang luhur dan merupakan pusaka Kraton.
Berikut video yang menjelaskan tentang sejarah tari klasik: