Permainan Dhingklik Oglak-Aglik




Kata “Dhingklik Oglak-aglik” berarti sebuah bangku tempat duduk terbuat dari bahan kayu atau bambu yang keadaannya tidak setabil sehingga mudah jatuh. Perngertian tersebut sesuai benar dengan jalannya permainan. Dalam permainan ini diperlukan adanya keseimbangan, dan kekompakan para peserta dalam suatu ikatan. Sebab bila kurang kompak dan lepas ikatannya pasti akan terjatuh. Itulah mengapa permainan ini dinamai “Dhingklik Oglak-aglik”.

Permainan ini tidak memerlukan banyak waktu, sehingga anak-anak bisa melakukannya pada saat ada kesempatan. Karena permainan ini dapat dilakukan pada pagi, siang dan sore hari, asal mereka ada kesempatan untuk bermain. Begitu ada beberapa anak bersepakat bermain, maka jadilah. Permainan ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan suatu peristiwa adat atau suatu upacara tertentu.

Permainan Dhingklik Oglak-aglik ini baik sekali digunakan sebagai sarana sosialisasi anak-anak yang sebaya seumur 8 sampai 10 tahun. Sebab dalam permainan ini semua peserta fungsiya sama, gerak-geriknya sama, lagu yang dinyanyikannya sama. Mereka hanya berkewajiban untuk saling membantu agar dalam keadaan yang tetap utuh. Dan di akhir permainan ini selalu diikuti dengan gelak tawa, walaupun diantara mereka ada pula yang sedikit menderita sakit. Sehingga permainan ini melatih anak-anak menanggung resiko dan melatih anak-anak menjadi anak yang “bandel” (bila terjatuh dab tidak menangis). Harap maklum bahwa kata “bandel” dalam bahasa jawa adalah sifat positif bagi seorang anak, jadi berbeda dengan kata “membandel” dalam bahasa indonesia yang berarti sifat negatif seseorang.

A. Pelaku Permainan

  1. Jumlah
    Jumlah peserta permainan ini dapat 3, 4 atau 5 anak. Untuk kompetitif diperlukan 2 kelompok yang bertanding, jadi memerlukan 2X3, atau 2X4, atau 2X5 orang anak. Bila tidak untuk bertanding dapat 3 atau 4 kelompok yang masing-masing terdiri atas 3 atau 4 orang anak bermain bersama.
  2. Kelamin
    Permainan ini dapat dilakukan oleh anak perempuan semua, atau anak laki-laki semua, atau campuran anak laki-laki dan perempuan. Bila para pesertanya baru berumur 8 sampai dengan 10 tahun, banyak yang campuran laki-laki dan perempuan, tetapi apabila agak besar biasanya hanya laki-laki atau perempuan saja.
  3. Usia
    Untuk peserta permainan ini sebaiknya sebaya, misalnya antara 7 sampai 10 tahun atau 11 sampai 13 tahun. Bila kurang sebaya tidak baik, karena dapat kurang kokoh, sebab adanya yang tinggi dan yang rendah, ada yang besar dan ada yang kecil, sehingga akan mudah jatuh.

B. Peralatan permainan

Permainan ini tidak memerlukan peralatan apapun. Yang diperlukan adalah tempat yang sedikit luas, apalagi bila untuk bertanding antar kelompok. Karena bermainnya dengan menlonjak-lonjak dan kemungkinan dapat jatuh, maka tempat bermain sebaiknya datar, teduh dan bukan lantai agar mereka tidak sakit kakinya dan tidak kena panas.

C. Iringan Permainan

Pada permainan ini para pesertanya sambil bermain melakukan tepuk tangan sambil menyanyikan lagu dan melonjak-lonjak. Jadi suasananya meriah sekali.

Adapun kata-kata iringan lagunya adalah sebagai berikut :

Pasang dhingklik oglak-aglik,
Yen keceklik adang gogik,
Yayu mbakyu mangga,
Dhateng pasar blanja,
Leh-olehe napa,
Jenang jagung,
Enthok-enthok jenang jagung,
Enthok-enthok jenang jagung,
Enthok-enthok jenang jagung,

Artinya :

Memasang bangku tempat duduk yang tak begitu kokoh,
Bila terkilir menanak gogik (thiwul kering),
Kakak perempuan marilah kepasar berbelanja,
Buah tangannya apa,
Bubur jagung,
Enthok-enthok (nama makanan dari jagung) bubur jagung,
Entok-entok bubur jagung
Entok-entok bubur jagung

D. Jalannya Permainan

  1. Persiapan
    Sebagai persiapan dalam permainan ini cukuplah apabila para peserta telah berkumpul misalnya sebanyak 3, 4 atau 5 orang anak, dan apabila untuk bertanding sebanyak 2 x 3, 2 x 4, atau 2 x 5 orang anak. Untuk tempat bermain diperlukan halaman yang datar seluas kurang 4 x 8 meter.
  2. Peraturan Permainan
    Bila tidak diadakan pertandingan antar kelompok, maka tidak diperlu adanya peraturan, sebab tidak ada kalah atau menang. Tetapi bila diadakan kompetisi antar kelompok yang satu dengan yang lain, maka peraturan-peraturannya antara lain :
    a. Kelompok yang jatuh lebih dahulu itulah yang kalah
    b. Bagi kelompok yang kalah dikenakan hukuman, misalnya menggendong yang menang sejauh jarak yang ditentukan terlebih dahulu.
    c. Terpisah ikatannya dengan kelompok berarti sama dengan terjatuh
  3. Tahapan Permainan
    a. Tahap Pertama
    Para peserta berdiri berhadapan pada posisi seperti gambar dibawah ini, dengan bergandengan (A, B, C, D)

    b. Tahapan Kedua
    Kemudian B dan C “mbrobos” (menerobos) dibawah lengan A dan D sehingga kini keadaannya seperti gambar dibawah ini. Mereka berdiri bertolak belakang dengan tangan tetap bergandengan.

    c. Tahap Ketiga
    Setiap peserta salah satu kakinya, boleh kiri boleh kanan, diangkat ke dalam dan saling dikaitkan, sehingga posisinya cukup kokoh, artinya tidak akan jatuh. Posisinya kini seperti gambar dibawah ini.

    d. Tahapan Keempat
    Kemudian dilepaskanlah gandengan tangan mereka, lalu di tepuk-tepukanlah tangan para peserta sambil melonjak-lonjak dan bernyanyi : Dhingklik oglak-aglik (lihat pada lagu iringan permainan). Lagu tersebut dinyanyikan terus berulang kali selama tidak terjatuh. Apabila terjatuh dengan sendirinya berhetilah permainan itu dan biasanyaterdengarlah gelak tawa dari peserta yang terjatuh itu. Berakhirlah permainan itu dan permainan dapat dimulai lagi sejak tahap pertama.

    e. Tahap Kelima

    Apabila untuk bertanding, maka kelompok yang terjatuh lebih dulu itulah yang kalah. Dan sebagai hukumannya kelompok yang kalah, misalnya berkewajiban menggendong kelompok yang menang, sejauh yang telah ditentukan, misalnya 10 langkah bolak-balik.

    Begitulah permainan itu berkahir dan dapat dimulai lagi sejak permulaan sampai para pesertanya merasa bosan.
  4. Konsekuensi Kalah Menang

    Bila permainan itu dibuat kompetitif, maka konsekuensi bagi yang kalah adalah menerima hukuman dari yang menang, atau senbaliknya, yang menang menerima upah dari yang kalah. Semuanya itu telah ditentukan dari peraturan yang mereka sepakati sebelum permainan itu dimulai.

    Biasanya bagi yang kalah konsekuensinya harus sanggup menggendong yang menang sejauh jarak yang telah ditentukan. Pada dewasa ini ada pula hukuman berupa menyanyi bagi mereka yang kalah.
  5. Notasi Iringan Permainan

Sumber : Buku Permainan Anak-anak Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah 1981/1982





img

Jogja Belajar Budaya

JB Budaya adalah salah satu layanan unggulan Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan DIY yang terintegrasi dengan jogjabelajar.org. JB Budaya merupakan media pembelajaran berbasis website yang mempelajari tentang budaya-budaya di Yogyakarta.




Artikel Terkait

Artikel yang juga anda sukai

Kompleks Gedung Kepatihan

Dahulu merupakan kantor kerja Pepatih-Dalem atau rijkbestuurder sekaligus sebagai tempat tinggal. Sebagai seorang pepatin Sultah maka pepatih-dalem mempunyai hubungan yang khusus....

Baca Selengkapnya

Candi Gebang

Yogyakarta memiliki banyak candi, salah satu diantaranya adalah Candi Gebang. Candi Gebang terletak di Dusun Gebang, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten....

Baca Selengkapnya