Minuman Herbal Jawa untuk Wanita Hamil Muda




Oleh Sinarendra Krisnawan

Anda yang hidup di zaman yang berkelimpahan informasi ini sudah pasti tidak mungkin lagi merasa asing dengan istilah minuman herbal. Jika pun tetap merasa membutuhkan definisi terperi, tentu akan segera dimudahkan oleh gawai Anda yang terus menyala 24 jam per hari itu. Tinggal mengetik sekata di kolom pencarian, seketika itu juga segalanya terang. Semestinya, berdasar asal-usul katanya, minuman herbal adalah sebutan untuk minuman yang berbahan dedaunan kering. Teh contohnya. Bukan malah wedang jahe. Apakah perbedaannya? Dalam bahasa Perancis, "herbe" artinya 'rumput' atau  'tanaman untuk pakan hewan'. Bahasa Latin mengartikan 'rumput liar' atau 'gulma' untuk kata "herba". Arti tersebut sama demikian bagi kata "yerba" (Spanyol), "herva" (Portugis) dan "erba" (Italia). Kata "herba" abadi hingga kini sejak diserap oleh bahasa Inggris berabad-abad lampau. Maka semestinya definisi minuman herbal adalah minuman yang berbahan dedaunan kering. Padahal kita telanjur memaklumi bahwa pengertian minuman herbal bagi khalayak adalah minuman yang berbahan dasar alami, dapat berupa dedaunan dan dapat juga berupa rempah yang banyak mengandung manfaat bagi kesehatan tubuh.

Baiklah, soal judul bisa saja direvisi. Tak perlu kita suntuk memperdebatkan. Kita lanjutkan saja pembahasan ndhudhah bothekan Jawa khusus hal jamu atau minuman suplemen bagi wanita yang sedang hamil muda. Definisi hamil muda ini saya batasi hingga usia kehamilan 3 bulan saja. Sebabnya usia kehamilan 4 bulan hingga 7 bulan sudah berbeda komposisi bahan. Begitu juga bagi usia kehamilan 8 hingga 9 bulan. Ini berdasarkan catatan di dalam primbon Betaljemur, suatu buku ensiklopedia yang tenar, yang juga sering mengundang kontroversi oleh karena kemalasan orang untuk membaca namun begitu bersemangat untuk berdebat.

Episode awal kehamilan yang disebut hamil muda ini menurut saya sangat penting untuk dibahas. Kenapa? Karena tradisi tutur Jawa sudah mewariskan ungkapan mengenai begitu seriusnya perhatian manusia Jawa terhadap wanita hamil muda. Orang Jawa menyebutkan bahwa pada usia kehamilan 1 hingga 3 bulan ibu dan janinnya sedang berada di alam gondar-gandir. Kondisi psikis ibunya labil. Kondisi janin demikian juga. Ternyata fakta medisnya memang demikian. Dapat dipastikan bahwa setiap wanita yang sedang hamil periode awal, lebih-lebih yang hamil perdana, tidak luput dari stres oleh karena ada sekian banyak hal yang dikhawatirkan. Mereka was-was dengan apa yang akan dialami sedangkan yang akan terjadi itu belum pernah sekali saja dilalui sebagai pengalaman. Kita juga paham bahwa janin muda memang rawan gugur oleh sebab banyak hal, yang tampak sepele sekali pun.

Lantas apakah racikan minuman khusus wanita hamil muda yang tercatat di primbon itu relevan dengan support system demi kesehatan ibu dan janin sesuai kelaziman berdasarkan masanya? Mari kita bedah bersama.

Disebutkan ada 13 bahan yang mesti diramu. Ada dlingo (jeringau), benglé (bangle), kunir (kunyit), temulawak, sintok, mesoyi (masoi), cabé (cabai jawa), bawang (bawang putih), kemukus, seprantu (saparantu), lempuyang, godhong (daun) cukilan, dan kembang wora-wari bang (bunga sepatu).

Dlingo atau jeringau adalah tumbuhan mirip rumput yang rimpangnya beraroma wangi, jelas terindikasi mengandung atsiri. Maka dlingo termasuk golongan rempah. Rimpangnya yang bersifat aromatik itulah yang akan dimanfaatkan. Nama ilmiahnya Acorus calamus. Nama Inggrisnya Sweet root, tapi jangan disamakan dengan akar manis.

Mengutip berbagai literatur, dlingo berkhasiat untuk meredakan demam dan sakit kepala karena mengandung analgesik dan antipiretik. Efek topical dari kandungan atsiri dlingo juga bermanfaat meredakan peradangan sendi, termasuk asam urat. Sedangkan kandungan alpha-asarone, beta-asarone dan eugenol pada dlingo dipercaya dapat mengatur sistem syaraf pusat sehingga mampu mengatasi kejang penderita epilepsi dan autis.

Dlingo juga mengandung minyak folatil dan antioksidan yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur produksi hormon. Hormon yang seimbang berdampak baik terhadap suasana hati. Tampaknya kemampuan dlingo sebagai mood booster inilah yang paling relevan dengan perannya sebagai salah satu unsur minuman herbal khusus wanita hamil. Kita tentu maklum semua wanita yang sedang hamil pada periode awal cenderung labil, rawan stres, sangat membutuhkan segala sesuatu yang dapat membantunya menciptakan suasana positif bagi hati.

Bahan kedua yakni benglé. Tumbuhan berbatang dan berdaun mirip jahe dan lengkuas ini nama ilmiahnya Zingiber cassumunar. Benglé akan tumbuh berkembang secara baik jika hidup di tanah yang daya serap airnya bagus. Benglé juga sangat membutuhkan sinar matahari sepanjang hari. Selain benglé kuning ada juga benglé hitam yang punya nama ilmiah Zingiber ottensii.

Benglé juga memiliki atsiri. Atsiri memiliki sifat antioksidan. Senyawa fenolik di dalam bengle dapat dimanfaatkan sebagai anti inflamasi. Senyawa bioaktif kurkumin dan kasumunin dalam benglé bermanfaat untuk mencegah kerusakan hati yang lebih parah. Namun yang paling lazim di lingkungan masyarakat awam, benglé adalah rempah penawar rasa mual. Anda tentu hapal, wanita hamil muda hampir selalu ditandai sering mual.

Bahan ketiga: kunyit. Rempah asli AsiaTenggara ini bernama ilmiah Curcuma longa. Bahasa Inggrisnya turmeric. Bahasa Belandanya kurkuma. Di Jawa, rempah yang disebut kunir ini boleh disebut raja bumbu karena sangat banyak menu makanan tradisional yang melibatkannya. Di India tampaknya juga begitu. Hal ini berbeda dengan temu putih (kunyit putih) yang punya nama ilmiah Curcuma zedoaria, yang jarang berfungsi sebagai bumbu.

Berdasarkan banyak literatur, kunyit dapat memasok sejumlah nutrisi untuk produksi hormonal tubuh. Maka kunyit bermaanfaat bagi wanita hamil muda, salah satunya, untuk menjaga keseimbangan hormon dan mencegah penyakit atau mutasi yang berpotensi menghambat produksi hormonal. Zat aktif kurkumin berupa antioksidan di dalam kunyit dapat difungsikan untuk memblokir kerja sitokin dan enzim penyebab inflamasi di dalam tubuh. Kurkumin juga dapat bekerja sebagai antidepresan. Sehingga kunyit laik diposisikan sebagai rempah utama bagi wanita hamil muda yang lazimnya memang rawan depresi. Kurkumin juga dapat bekerja mengendalikan produksi asam lambung, mencegah maag.

Bahan selanjutnya adalah temulawak. Konon temulawak tumbuhan asli Jawa. Orang Sunda menyebutnya koneng gede (kunir besar). Orang Madura menyebutnya temulabak. Tentu Anda paham, konsonan W memang sering tertukar konsonan B dalam bahasa mana pun. Temulawak menjadi temulabak itu fenomena kebahasaan yang lumrah, seperti halnya watuk menjadi batuk atau watu menjadi batu atau juga suwek menjadi sobek.

Temulawak bernama ilmiah Curcuma zanthorrhiza. Sama-sama bernama depan kurkuma seperti kunyit, maka temulawak juga mengandung kurkumin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi dan antidepresan. Selain itu rimpang temulawak juga mengandung atsiri. Di dalam atsiri terdapat fenol yang tidak disukai nyamuk. Jadi, rimpang temulawak sangat mungkin diolah ekstraknya, diambil essential oilnya dan dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk.

Bahan kelima adalah sintok. Saya pastikan Anda ternganga. Mungkin karena baru pertama mendengarnya. Berbeda dengan bahan pertama hingga keempat yang hanya tumbuhan kecil, sintok adalah tumbuhan besar. Nama ilmiahnya Cinnamomum sintoc blume. Dari namanya kita tahu sintok termasuk genus cinnamomum, artinya masih kerabat Cinnamomum verum (kayu manis). Sama juga dengan kerabatnya, sintok juga dimanfaatkan kulit kayunya.

Berdasarkan paparan peneliti, sintok tercatat di dalam buku obat-obatan masa kolonial, digolongkan sebagai inlander medicijn (obat pribumi). Kulit kayu sintok lazim menjadi bahan dupa. Namun sesuai konteksnya sebagai bahan minuman bagi ibu hamil, sejak dulu kandungan atsiri kayu sintok memang telah dimanfaatkan untuk mengobati kram. Selain itu kandungan kulit kayu sintok juga dipercaya mampu merelaksasi usus dan menguatkan seluruh saluran usus. Konon pada masa lampau sintok juga menjadi pereda diare.

Bahan selanjutnya ternyata masih termasuk genus cinnamomum juga. Nama ilmiahnya Cinnamomum massoy. Orang Jawa menyebutnya Mesoyi. Tentu saja mesoyi juga berbatang besar, berkulit tebal dan beraroma wangi. Kulit kayunya tentu saja juga lazim dijadikan bahan dupa. Lazim juga digunakan sebagai bahan pewarna alami untuk menghasilkan warna merah. Kandungan kulit kayu mesoyi dipercaya mampu meredakan demam, kejang perut dan nyeri sendi. Selain itu mesoyi juga dimanfaatkan sebagai antidepresan dan mengatasi insomnia.

Bahan ketujuh adalah cabe jawa. Tumbuhnya merambat. Termasuk suku sirih-sirihan. Kerabatnya lada. Nama ilmiahnya Piper retrofractum. Buah kering cabe jawa sejak lampau telah menduduki posisi sebagai rempah bahan obat di Jawa. Penyebabnya mungkin karena cabe jawa tumbuhan asli Indonesia dan sangat mudah tumbuh di mana saja.Rempah ini rasanya pedas karena mengandung senyawa piperin. Petani lampau juga memanfaatkan air rendaman cabe jawa sebagai insektisida. Selain bersifat insektisida, cabe jawa juga memiliki sifat fungisida. Sedangkan khusus di ranah per-jamu-an Jawa, Anda tentu tidak asing dengan jamu satu ini: Cabe Puyang. Jamu berbahan utama cabe jawa dan lempuyang ini sangat tenar, sampai ada lagunya. Kata lagu: cabe puyang, awak mriyang bisa ilang. Jamu cabe puyang untuk mengatasi meriang. Memang cabe jawa dipercaya khasiatnya untuk mengobati masuk angin, sakit kepala, influenza, reumatik, hingga bronkitis.

Bahan selanjutnya adalah bawang putih. Tanpa harus disertai gambar tentu Anda sudah tahu. Rempah ini laik disebut raja bumbu. Sepertinya tidak ada menu di dunia ini yang meninggalkan peran bawang putih. Demikian itu karena banyaknya kandungan bawang putih yang bermaanfaat bagi tubuh. Di dalamnya terdapat mangan, selenium, kalsium, tembaga, fosfor, zat besi, kalium, vitamin B1, B6 dan vitamin C. Bawang putih bermanfaat untuk mengatasi flu, mengontrol kadar kolesterol, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah dan menjaga kesehatan kulit. Anda tahu bahwa wanita yang sedang hamil rawan terkena penyakit kulit bernama eksim sebagai dampak luar dari kondisi psikis yang mudah stres.

Bahan kesembilan adalah kemukus. Nama ilmiahnya Piper cubeba. Buahnya kecil seukuran merica. Orang juga menyebut kemukus ini merica ekor (berekor). Rasanya pahit dan pedas, beraroma mirip lemon mirip sereh. Rempah asli Jawa ini lumayan berharga mahal. Di pasar online harga per kilogramnya di atas 200 ribu. Sering kemukus dijadikan bumbu tembakau yang menghasilkan sigaret beraroma atsiri dan terasa semriwing seperti lazimnya rokok menthol.

Dalam industri obat tradisional kemukus punya banyak fungsi. Kandungan atsiri yang banyak menjadikan kemukus sebagai bahan aromaterapi yang dapat melegakan pernapasan dan mengurangi frekuensi asma. Kandungan polifenol dan alkaloidnya berperan sebagai antioksidan. Anda tahu antioksidan begitu penting bagi tubuh guna mencegah bermacam penyakit kardiovaskular.

Senyawa di dalam kemukus dapat mengaktifkan organ tubuh yang bertugas memproduksi liur dan cairan lambung. Maka kemukus dapat digunakan sebagai bahan obat untuk keluhan perut, pencernaan, maag, tukak lambung. Konon kemukus juga berkhasiat untuk mengatasi keluhan impotensi dan penyakit kelamin: gonore dan sipilis. Ada lagi. Kemukus juga lazim digunakan sebagai obat antimual dan antidepresan wanita hamil. Selain juga untuk mengobati mata buram pasca melahirkan.

Bahan selanjutkan adalah seprantu. Disebut juga sindur karena nama ilmiahnya Sindora sumatrana. Buah seprantu bermanfaat sebagai rempah obat mencegah pendarahan rahim, mencegah keguguran, mengatasi sakit kulit dan menyembuhkan sariawan.

Bahan kesebelas adalah puyang. Lempuyang bernama ilmiah Zingiber zerumbet, artinya masih suku jahe-jahean. Hasil kajian mengabarkan bahwa kandungan rimpang lempuyang mampu menekan pertumbuhan sel-sel melanoma, menginduksi apoptosis sel kanker. Artinya, lempuyang sangat dibutuhkan bagi penderita kanker kulit.

Lempuyang air rendamannya berasa sangat pahit ini mengandung senyawa antiinflamasi sehingga berguna untuk mengobati demam, nyeri dan bengkak akibat peradangan. Kegunaan lempuyang paling lumrah di pedesaan adalah sebagai bahan minuman penambah nafsu makan.

Bahan selanjutnya adalah godhong cukilan. Tumbuhan ini mungkin masih masif tumbuh liar di alam, namun sudah asing bagi kita orang Jawa, apalagi etnis lain. Dari beberapa sumber disebutkan bahwa nama ilmiah cukilan adalah Allophylus cobbe. Nama lainnya Keneras, Sijanjang, Asa-asa. Sudah saya cari di beberapa literatur tentang Jawa, belum juga menemukan keterangan jelas tentang tumbuhan ini. Hanya para penghobi bonsai yang akrab dengannya, namun tentu mereka tidak mengetahui fungsi daunnya dalam tradisi pengobatan. Pihak luar menyebut namanya tit-berry. Disebut tumbuhan perdu namun dapat tumbuh hingga 5 meter. Buahnya sangat manis. Daunnya difungsikan sebagai obat kumur dan meredakan ruam.

Bahan terakhir adalah kembang wora-wari bang; bunga sepatu merah. Nama ilmiahnya Hibiscus rosa-sinensis. Bunga ini dapat dijadikan pewarna merah. Bunga keringnya juga bisa dijadikah minuman seduhan seperti teh.

Bunga sepatu memiliki senyawa aktif bersifat antiinflamasi, jadi bisa untuk meredakan gejala peradangan, termasuk sakit gigi. Vitamin C dan E di dalamnya berguna untuk menjaga kesehatan kulit. Kandungan flavonoid, tanin dan alkaloidnya bersifat sedatif. Maka bunga ini dapat dijadikan antidepresan, menenangkan sistem saraf. Ekstraknya memiliki sifat antimikroba sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengobati infeksi bakteri dan jamur. Beragam nutrisi di dalamnya membantu meningkatkan produksi sel darah putih.

Sudah selesai penjelasan 13 bahan minuman herbal wanita hamil muda. Di dalam sumbernya: Primbon Betaljemur Adammakna, dijelaskan bahwa semua bahan tersebut lantas dipipis (dilembutkan), binanyonan sapantese, diberi air secukupnya dan diminum. Rasanya informasi ini penting untuk disimpan sebagai kekayaan warisan kebudayaan Jawa. Tidak cukup disimpan. Langkah pengujicobaan juga penting dalam upaya andil untuk kesehatan yang fenomena pengobatan kekiniannya berpaham holistik. Saya mungkin akan segera mengumpulkan bahan lalu menggelar workshop bagi ibu-ibu muda. Semoga benar manfaatnya.

 





img

Jogja Belajar Budaya

JB Budaya adalah salah satu layanan unggulan Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan DIY yang terintegrasi dengan jogjabelajar.org. JB Budaya merupakan media pembelajaran berbasis website yang mempelajari tentang budaya-budaya di Yogyakarta.




Artikel Terkait

Artikel yang juga anda sukai

Benteng Vedreburg

Benteng Vredeburg merupakan salah satu museum peninggalan Belanda yang sangat terkenal di Jogja karena di museum ini memiliki nilai cerita yang cukup panjang....

Baca Selengkapnya