Sumber Foto: Sumber Foto : Website Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo
Oleh : Hardian Bintang Wardana, S. Pd.
Letak dan Kondisi Geografis
Jika menyebutkan nama kabupaten Kulon Progo, yang ada di benak kebanyakan orang akan memikirkan tentang bandara New Yogyakarta International Airport, geblek renteng, pantai glagah dan tentu sungai Progo. Sebagai salah satu kabupaten yang terletak dalam naungan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo menjadi kabupaten paling barat. Kabupaten Kulon Progo memiliki 12 Kecamatan yang memiliki kontur geografi yang beraneka ragam, baik kota dengan nuansa landai, pantai maupun perbukitan. Dengan keanekaragaman kondisi geografis tersebut, Kulon Progo menawarkan berbagai tempat rekreasi alam yang mampu memanjakan wisatawan serta memiliki nilai sejarah. Salah satu tempat rekreasi yang sarat nilai estetis dan nilai sejarah yaitu gua Kiskendo.
Gua Kiskendo merupakan salah satu objek wisata yang terletak di desa Jatimulyo, kapanewaon Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Gua Kiskendo terletak di ujung utara Kabupaten Kulon Progo, dan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Gua yang memiliki panjang kurang lebih 1,5 km tersebut memiliki dua percabangan besar di dalamnya dan masih menjadi bagian dari perbukitan Menoreh. Karena letak geografisnya di daerah perbukitan, maka suasana di sekitar gua tersebut masih asri, sejuk dan rindang serta memiliki suhu yang relatif dingin jika dibandingkan dengan kota Yogyakarta. Sama halnya dengan gua di tempat lain, di dalam gua Kiskendo juga terdapat stalaktit dan stalakmit. Saat memasuki mulut gua, wisatawan dapat melihat relief berupa pahatan pada tembok batu yang menggambarkan tokoh pewayangan Jawa. Relief ini berkisah tentang tokoh pewayangan dan pertempuran antara raja Mahesasura bersama patihnya Lembusura melawan dua kesatriya berkepala kera Sugriwa dan Subali. Relief tersebut juga menambah nilai estetis bagi gua Kiskendo.
Gua Kiskendo tidak hanya menawarkan keindahan alam, namun juga memuat sejarah serta mitologi. Jika kita membaca dari beberapa referensi, ada beberapa pendapat tentang asal muasal gua Kiskendo. Asal muasal gua Kiskendo dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu berdasarkan sejarah dan mitologi.
Asal usul Gua Kiskendo menurut sejarah
Berdasarkan informasi yang didapat dari website kapanewon Girimulyo Gua Kiskendo ditemukan oleh seorang pertapa yang bernama Ki Gondorio pada tahun 1700-an. Ki Gondorio pula yang menjadi juru kunci Gua Kiskendo yang pertama. Berdasarkan cerita, suatu malam Ki Gondorio bermimpi memasuki sebuah gua yang menyerupai kerajaan. Dalam mimpinya, Ki Gondorio seakan mendapatkan petunjuk supaya memberikan nama pada ruang yang terdapat dalam gua. Adapun ruangan yang terdapat dalam gua Kiskendo berjumlah 15. Setelah terbangun dari tidurnya, Ki Gondorio mengikuti segala petunjuk yang diterimanya dalam mimpi. Meskipun begitu, masyarakat yang tinggal di sekitar Gua Kiskendo juga mempercayai cerita versi lain tentang asal muasal gua Kiskendo. Salah satu versi lain yang dipercayai masyarakat sekitar menjadi cerita asal muasal Gua Kiskendo adalah Gua tersebut berasal dari sebuah cerita pewayangan.
Sebagai objek wisata yang potensial, gua Kiskendo kemudian dibuka untuk umum pada tahun 1964. Wisatawan yang mengunjungi gua Kiskendo tidak hanya untuk menikmati keindahan dan nilai sejarah saja, namun juga dapat digunakan sebagai tempat pertapaan bagi yang menginginkanya. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1974 gua Kiskendo dikembangkan oleh Dinas pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan dijadikan salah satu objek wisata andalan. Pada tahun 2005 pengelolaan tempat wisata gua Kiskendo diserahkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo.
Gua Kiskendo dalam mitologi pewayangan
Orang Jawa gemar untuk mengaitkan sebuah tempat dengan mitos yang ada di lingkungan sekitarnya. Begitu juga dengan orang yang berada di sekitar gua Kiskendo yang menganggap asal-muasal gua Kiskendo berdasarkan sebuah mitos. Mitos bagi masyarakat pendukungnya bukanlah sekedar cerita yang menarik atau dianggap bersejarah, akan tetapi merupakan satu pernyataan dan kebenaran yang tinggi, atau kenyataan yang utama yang memberikan pola dan landasan bagi kehidupan dewasa ini (Harsojo, 1988:228). Mitos tentang gua Kiskendo tersebar dan hingga dianggap sebagai cerita rakyat, karena menurut Endraswara (2005: 163) Cerita yang tokohnya dominan manusia mereka pahami sebagai cerita rakyat (Endraswara, 2005: 163).
Beberapa Masyarakat yang tinggal di sekitar Gua Kiskendo mempercayai bahwa dibalik kemegahan gua Kiskendo, ada kisah tentang pertempuran antara tokoh wayang satriya berkepala binatang. Kesatriya-kesatriya tersebut memiliki kepala binatang yang berbeda-beda, yaitu kerbau, sapi dan kera. Kesatriya berkepala kerbau bernama Mahesasura, Kesatriya berkepala sapi bernama lembusura, sedangkan satria berkepala kera bernama Sugriwa dan Subali.
Dikisahkan dulunya gua Kiskendo merupakan sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seoarang raja bernama Mahesasura, sedangkan patihnya bernama Lembusura. Saat itu, Mahesasura ingin mempersunting seorang bidadari cantik kahyangan bernama Dewi Tara untuk dijadikan permaisurinya. Meskipun Mahesasura merupakan seorang raja, namun bathara Guru sebagai pemimpin para dewa enggan untuk memenuhi keinginan Mahesasura. Untuk menghalangi niat Mahesasura, Bathara Guru kemudian memerintahkan dua orang prajurit kahyangan yang berwujud kera, yaitu Sugriwa dan Subali. Sugriwa dan Subali dijanjikan oleh bathara guru siapapun yang dapat membawa kembali Dewi Tara, dialah yang akan diperkenankan mempersunting Dewi Tara.
Setelah Sugriwa dan Subali sampai di mulut gua Kiskendo, Subali berpesan kepada Sugriwa bahwa dirinya akan masuk ke dalam gua, dan Sugriwa menunggu di luar mulut Gua. Subali juga berpesan bahwa jika ada darah mengalir keluar dari mulut gua berwarna merah, maka dirinya berhasil mengalahkan Mahesasura. Namun jika darah yang keluar dari mulut gua berwarna putih, maka Subali gagal untuk mengalahkan Mahesasura dan Lembusura. Jika Subali mati dalam pertempuran, maka Sugriwa diminta untuk menutup pintu gua rapat-rapat.
Singkat cerita setelah pertempuran antara Subali melawan Mahesasura dan Lembusura, darah yang keluar dari dalam gua berwarna merah dan putih. Dengan keluarnya darah merah dan putih, Sugriwa mengira bawha Mahesasura dan Lembusura berhasil dikalahkan, namun subali juga gugur dalam pertempuran tersebut. Sugriwa kemudian menutup rapat-rapat pintu gua Kiskendo dengan batu besar dan membawa kembali Dewi Tara ke kahyangan untuk menghadap Bathara Guru. Sesuai dengan janjinya, Bathara Guru kemudian memberikan Dewi Tara untuk dipersunting oleh Sugriwa.
Di dalam gua Kiskendo, Subali yang ternyata belum mati terkejut ketika melihat pintu gua tertutup oleh batu besar. Dengan kekuatanya Subali berhasil membuka mulut gua yang tertutup batu besar dan kembali ke kahyangan. Namun Subali terkejut karena melihat Dewi Tara dipersunting oleh Sugriwa. Subali mengira bahwa Sugriwa telah mengkhianati dirinya, dan perselisihan pun tidak terhindarkan. Sugriwa mencoba menjelaskan apa yang terjadi di gua Kiskendo, namun Subali tidak mau mendengarkan penjelasanya. Perselisihan antara Subali dan Sugriwa akhirnya dilerai oleh Bathara Guru. Subalu akhirnya diberikan kekuasaan menjadi raja di Gua Kiskendo, sedangkan Sugriwa tinggal di khayangan menjadi suami dari Dewi Tara.
Manifestasi dari asal-usul gua Kiskendo berdasarkan cerita diatas dapat dilihat dari penamaan ruang-ruang yang terdapat dalam gua. Dilansir dari halaman website resmi kapanewon Girimulyo, nama-nama ruang tersebut antara lain:
- Lidah Mahesosuro, yaitu berupa batu yang seakan-akan memiliki lidah. Konon, batu ini berasal dari lidah Mahesasura yang dipotong oleh Subali untuk mencegah supaya Mahesasura tidak dapat hidup kembali.
- Pertapaan Ledek, yaitu tempat yang digunakan untuk bertapa agar sukses dalam berkesenian.
- Pertapaan Santri Tani, yaitu tempat yang digunakan untuk bertapa agar hasil pertanian dapat melimpah. Dahulu, tempat ini pernah digunakan sebagai tempat tinggal para petani yang hidup di daerah sekitar gua.
- Pertapaan Subali, yaitu tempat Subali bertapa sebelum bertempur melawan Mahesosuro dan Lembusuro (manusia berkepala lembu).
- Sumelong, yaitu sebuah lubang yang dapat menembus ke atas. Menurut mitos, lubang yang terletak di tengah gua ini ialah tempat Subali keluar dari gua karena mulut gua ditutup oleh Sugriwo.
- Lumbung Kampek, yaitu tempat penyimpanan barang-barang berharga dari Kerajaan Gua Kiskendo.
- Selumbung, yakni lumbung makanan Kerajaan Gua Kiskendo.
- Gua Seterbang, ialah gua yang masih satu bagian dari Gua Kiskendo. Konon, gua ini terhubung dengan laut selatan.
- Keraton Sekandang, yaitu pusat Kerajaan Gua Kiskendo. Di tempat inilah Subali bertempur melawan Mahesosuro dan Lembusuro.
- Pertapaan Kusuman, merupakan tempat bertapa untuk memperoleh derajat yang tinggi.
- Padasan, ialah sumber air pada masa kejayaan Kerajaan Gua Kiskendo.
- Sepranji, berfungsi sebagai pusat peternakan pada jaman Kerajaan Gua Kiskendo.
- Babat Kandel, berupa batuan-batuan yang mirip dengan usus perut manusia. Menurut cerita, babat ini merupakan isi perut Mahesosuro yang dibuang oleh Subali.
- Sawahan, yaitu tempat menanam padi.
- Selangsur, yaitu tempat serdadu Kerajaan Gua Kiskendo bertempur melawan Subali.
Berdasarkan penamaan ruang di dalam gua Kiskendo, dapat dilihat bahwa tempat tersebut erat kaitanya dengan mitos pewayangan. Sebagai sebuah tempat yang dipercaya sabagai hasil mitologi, Gua Kiskendo dianggap kramat oleh warga sekitar. Seperti halnya tempat kramat lain, terdapat larangan-larangan atau pantangan yang harus dihindari oleh para wisatawan, antara lain tidak boleh membuang kotoran (kencing/berak) di dalam gua, tidak boleh menghina atau merusak kondisi gua, dan tidak boleh melakukan tindakan di luar batas kesopanan. Larangan-larangan tersebut dibuat tidak hanya berdasarkan folklore semata, namun ada upaya untuk menjaga kelestarian gua supaya tidak rusak. Konsep ini selaras dengan falsafah budaya Jawa, yaitu Hamemayu Hayuning Bawana.
Revitalisasi Gua Kiskendo
Gua Kiskendo menjadi bagian penting dalam proses pengembangan wisata di daerah Kulon Progo. Proses pengembangan dan revitalisasi objek wisata gua Kiskendo sudah direncanakan dan sudah mulai dikerjakan. Kedepanya gua Kiskendo akan dijadikan wisata tematik, yaitu budaya dan geoheritgage. Selain itu gua Kiskendo juga akan dilengkapi dengan wahana permainan anak serta wisata kuliner diharapkan mampu mendongkrak roda perekonimian di daerah sekitar.
Daftar Pustaka
Buku
Endraswara, Suwardi. 2005. Tradisi Lisan Jawa: Warisan Abadi Budaya Leluhur. Narasi: Yogyakarta.
Harsojo. 1988. Pengantar Antropologi. Bina Cipta : Bandung.
Internet
Admingirimulyo. Gua Kiskendo. Diakses 11 Desember 2012. https://girimulyo.kulonprogokab.go.id/detil/12/gua-kiskendo#.