Candi Sambisari




Sejarah pendirian Candi Sambisari be¬lum dapat diketahui secara pasti karena tidak ada¬nya bukti yang konkret. Untuk menentukan tahun pendiriannya harus ditinjau dari beberapa segi. Dari segi arsitektur, R. Soekmono menggolongkan Candi Sambisari ke dalam abad ke-8 M. Berdasarkan batu isian yang digunakan berupa batu padas, pendirian Candi Sam¬bisari diperkirakan semasa dengan Candi Pram¬banan, Plaosan, dan Sojiwan, yaitu sekitar abad IX-X M. Berdasarkan kedua tafsiran tersebut, Soediman berpendapat bahwa Candi Sambisari didirikan pada abad X M (± 812 – 838 M). Pendapat tersebut didukung adanya temuan lempengan emas bertulis (prasasti), karena berdasarkan tafsiran paleografis, Boechari berpendapat bahwa tulisan itu ber¬asal dari sekitar abad ke-9 M. Prasasti tersebut berhuruf Jawa Kuna, berbunyi Om siwa sthana (dibaca kembali oleh Rita MS), yang artinya Hormat, pembuatan tempat (rumah) bagi Dewa Siwa.

Riwayat Penanganan (Penelitian dan Pelestarian)

Candi Sambisari ditemukan secara kebetulan oleh seorang petani ketika mencangkul tanah pada tahun 1966. Ketika ditemukan keadaannya sudah tertimbun oleh pasir dan bebatuan lahar Gunung Merapi sedalam 6,5 m. Temuan tersebut dilaporkan pada Lembaga Purbakala di Prambanan yang segera mengambil tindakan penyelamatan.

Secara teknis kegiatan pemugaran candi Sambisari keseluruhannya memerlukan waktu 20 tahun terhitung sejak ditemukan tahun 1966 sampai tahun 1987. Pelaksanaannya melalui kegiatan dan tahapan yang terbagi atas :

  • Tahun 1966-1975 dilaksanakan ekskavasi pra pemugaran yang bertujuan menyelamatkan bangunan candi, setelah itu diadakan susunan percobaan dengan maksud untuk merekonstruksi sementara.
  • Tahun 1975/1976 – 1986/1987 dilaksanakan secara intensif yang didasarkan pada kegiatan per tahun anggaran melalui Proyek Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional di Jakarta. Pekerjaan pemugaran ini meliputi: penelitian, pembebasan tanah, pembongkaran, dan susunan percobaan.

Candi Sambisari merupakan kompleks percandian yang terdiri atas empat buah candi, yaitu satu candi induk dan tiga candi perwara, mempunyai tiga halaman bertingkat yang masing-masing dikelilingi oleh tembok keliling. Halaman candi sambisari berbentuk persegi dengan sisinya masing-masing berukuran ± 43 m. Letak candi ini di bawah permukaan tanah karena sebelum dipugar tertutup oleh timbunan lahar setinggi 6,5 m yang datang dari Sungai Kuning. Sungai itu terletak kira-kira 250 m di sebelah barat candi.

Candi induknya menghadap ke arah barat de¬ngan ukuran 13,65 m x 13,65 m dan tinggi keselu¬ruhannya 7,5 m. Candi induk memiliki satu bilik yang berisi lingga-yoni berukuran yang besar, tidak sebanding dengan ukuran ruang candinya. Cerat yoninya ada di sebelah utara. Ketiga dinding candi memiliki relung, relung utara berisi Durga, relung timur berisi arca Ganesa, dan relung selatan berisi arca Agastya.

Candi Sambisari tidak memiliki kaki candi yang sebenarnya, sehing¬ga alas (soubasement) sekaligus berfungsi sebagai kaki candi. Oleh karena itu, relung-relung pada tu¬buh candi terletak hampir rata dengan lantai sela¬sar. Tangga naik ke selasar diapit oleh sayap tang¬ga yang ujung bawahnya dihias dengan maka¬ra. Pada ambang atas gapura tidak ditemukan hiasan kepala kala. Atap candi terdiri dari tiga tingkatan, bentuknya makin ke atas makin mengecil. Puncak candi berbentuk ratna.

Di luar tubuh candi terdapat lantai selasar yang dibatasi pagar langkan yang tingginya 2 m. Pada lantai selasar terdapat 12 umpak yang terdiri dari delapan bentuk bulat dan empat berbentuk persegi. Umpak-umpak itu diperkirakan merupakan umpak tiang kayu sebagai penyangga kontruksi atap yang terbuat dari kayu.

Ketiga candi perwara hanya tinggal bagian kakinya, berderet di depan candi induk, menghadap ke arah timur dengan tangga naiknya terletak di sisi timur. Ketiga candi perwara tidak memiliki badan dan atap candi, kecuali kaki dan pagar langkan. Pada candi perwara utara dan tengah, di lantai yang dikelilingi pagar langkan terdapat lapik bujur sangkar dengan padmasana di atasnya, pada candi perwara selatan tidak ditemukan.

Pagar yang mengelilingi ketiga halaman Kompleks Percandian Sambisari ini terbuat dari batu putih. Pada masing-masing sisi pagar terdapat pintu. Pada halaman ini terdapat delapan lingga semu yang di letakan di delapan penjuru mata angin, empat di setiap sudut halaman dan empat di depan pintu masuk. Pagar keliling halaman dalam dan halaman tengah sudah dipugar kecuali pagar keliling halaman yang terluar.

Banyak temuan selama ekskavasi dilakukan, antara lain sebuah arca Mahakala dan sebuah arca Nandiswara, dua buah kotak batu, sebuah lingga semu, sebuah lempeng emas kecil berprasasti yang berbunyi om siwa sthana, dan sebuah arca perunggu Bodhisattwa. Di bawah lantai selasar dipendam 12 peripih yang dimasukkan ke dalam periuk perunggu. Masing-masing peripih ditutup oleh batu umpak yang di bagian atasnya terdapat tonjolan untuk meletakkan tiang. Berdasarkan temuan-temuan itulah diketahui Candi Sambisari berlatarkan agama Hindu, khususnya untuk tempat pemujaan kepada Siwa.

Di halaman candi Sambisari juga ditemukan gerabah dan keramik asing. Bahkan juga ditemukan temuan lain yang diduga bukan berasal dari candi itu. Temuan tersebut antara lain ialah Arca Avalokitesvara yang terbuat dari perunggu, arca dewi yang terbuat dari batu hitam, dan sebuah yoni.

Referensi : cagarbudaya.kemdikbud.go.id





img

Jogja Belajar Budaya

JB Budaya adalah salah satu layanan unggulan Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan DIY yang terintegrasi dengan jogjabelajar.org. JB Budaya merupakan media pembelajaran berbasis website yang mempelajari tentang budaya-budaya di Yogyakarta.




Artikel Terkait

Artikel yang juga anda sukai