Busana Jawa Pria Yogyakarta




Pada dasarnya busana Jawa penuh dengan pialang sinandhi, kaya akan suatu ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi Jawa. Ajaran dalam busana Jawa ini merupakan ajaran untuk melakukan segala sesuatu didunia secara harmoni yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia, dengan diri sendiri, maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta segala sesuatu di muka bumi ini.

Bagi laki-laki yang akan mengenakan busana Jawa harus mempersiapkan perlengkapan busana seperti jarit batik gaya Jogjakarta, lonthong, Kamus timang, beskap atela, Peranaan, keris gayaman atau branggah gaya Jogjakarta, blangkon, Cenelo atau selop.

Dalam pemakaian busana jawa pertama yang harus dilakukan adalah

  1. Pemakaian pada jarik, kain jarik telah diwiru kedua sisi. Salah satu sisi yang jatuh di depan diwiru 3 jari diawali lipatan pertama Sered tampak dari depan dan jauh ditepi bagian luar. Selanjutnya kain jarik yang sudah diwiru dililitkan dari arah kanan ke kiri, bagian dalam yang satu sisi diwiru setengah/ 1,5-2 jari jatuh pada pinggang sebelah kanan (dinamakan pengasih) pula sesuai dengan sisi kainnya. Apabila menggunakan kain motif perang, motif lereknya harus berlawanan dengan arah pemakaian keris. Pemakaian kain jarit seharusnya menutupi mata kaki, rapi dan enak untuk berjalan. Setelah itu baru diikat dulu dengan tali, selanjutnya dililit dengan setagen / sabuk / lonthong (kurang lebih lebar 13,6 cm, panjang 275 cm) dan kamus timang (lebar 5,3 cm).
  2. Kemudian tahap selanjtnya pemasangan Wiron ndleder yaitu lipatan Iron sebanyak 7-13 lipatan di depan Sered kelihatan. Sedangkan wiron engkol adalah dengan menarik 4-5 lipatan wiron ke bawah. Lipatan 1 seret malang/miring ke kiri.
  3. Selanjutnya adalah tahapan memakai stagen atau sabuk atau biasa disebut lonthong yaitu dengan melilitkan sebatas cethik dari kanan ke kiri dan tampak dari belakang hanya satu sap. Barulah saatnya anda memakai kamus timang dengan cara dililitkan tepat pada tengah stagen atau lonthong.
  4. Setelah itu dalam memakai surjan bagian depan harus tampak menyilang simetris. Sedang spesifik untuk pemakaian peranakan lurik biru telupat, model wiron kainnya dengan cara engkol yaitu permukaan Sered yang tampak berkelok-kelok atau malang ke kiri ke kanan dan seterusnya.
  5. Kemudia juga dalam hal pemakaian keris yang harus diperhatikan penggunaan keris branggah untuk keluhuran ( seperti Pasoanan, perkawinan, upacara resmi ) sedang keris gayaman digunakan untuk keseharian atau bedinan. Sedangkan untuk laki-laki remaja keris yang dipilih adalah berbentuk branggah. Mulai dari Abdi Dalem yang sudah mendapat jabatan keris yang digunakan adalah berbentuk gayaman.
  6. Kemudian untuk blankon terdapat beragam macam motif blangkon yang sering dipakai mulai dari motif Modang, Kumitir, Blumbangan, Celeng kewengen dan Wulung.
  7. Dan bagian yang terakhir dari busana jawa pria adalah pada bagian kaki, kita bisa memilih akan menggunakan selop atau cenelo.




img

Jogja Belajar Budaya

JB Budaya adalah salah satu layanan unggulan Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan DIY yang terintegrasi dengan jogjabelajar.org. JB Budaya merupakan media pembelajaran berbasis website yang mempelajari tentang budaya-budaya di Yogyakarta.




Artikel Terkait

Artikel yang juga anda sukai